Sabtu, 03 Desember 2011

Internet


Pengertian Internet
Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang mempunyai arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya.
Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan komputer ini digunakan protokol yaitu TCP/IP. TCP (Transmission Control Protocol) bertugas memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan benar, sedangkan IP (Internet Protocol) yang mentransmisikan data dari satu komputer ke komputer lain. TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat di gunakan, mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data.
Untuk dapat ikut serta menggunakan fasilitas Internet, biasanya Anda harus berlangganan ke salah satu ISP (Internet Service Provider) yang ada di kota Anda. ISP ini biasanya disebut penyelenggara jasa internet ataupun Anda dapat menggunakan fasilitas dari Telkom yakni Telkomnet Instan.
Dengan memanfaatkan internet, pemakaian komputer di seluruh dunia dimungkinkan untuk saling
berkomunikasi dan pemakaian bersama informasi dengan cara saling kirim e-mail, menghubungkan ke komputer lain, mengirim dan menerima file, membahas topik tertentu pada newsgroup dan lain-lain.
Fasilitas Internet
Fasilitas-Fasilitas yang dapat Anda manfaatkan dengan menggunakan internet, diantaranya :
Web, adalah fasilitas hypertext untuk menampilkan data berupa teks, gambar, bunyi, animasi dan data multimedia lainnya, yang diantara data tersebut saling berhubungan satu sama lain. Untuk memudahkan Anda membaca data dan informasi tesebut Anda dapat mempergunakan web browser seperti Internet Explorer ataupun Netscape.
- E-Mail (Electronic Mail), dengan fasilitas ini Anda dapat mengirim dan menerima surat elektronik (e-mail) pada/dari pemakai komputer lain yang terhubung di internet, dan dapat menyertakan file sebagai lampiran (attachment)

Selasa, 29 November 2011

Let's Sing

# Avril Lavigne (when you're gone)

I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
is made up on your side

When you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
All the words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you

I've never felt this way before
Everything that I do
Reminds me of you
And the clothes you left
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do

When you walk away
I count the steps that you take


Do you see how much I need you right now?

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
And when you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you

We were made for each other
Out here forever
I know we were
Yeah Yeah

All I ever wanted was for you to know
Everything I do I give my heart and soul
I can hardly breathe, I need to feel you here with me
Yeah

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you

Sabtu, 26 November 2011

Debu ...













Dan itu yang terdapat dalam kalbu. Berharap, hal itu tuk pergi namun terus saja bertahan, walau sepi terus saja menghampiri. Walau langit malam berganti sinar terang dan ranting telah sendirian, sementara daun berguguran. Tak mampu tinggalkan Dia sendiri. Walau Dia telah memintanya sendiri. Pintanya hanya sederhana, jangan lagi kembali hadirkan memori itu. Tapi, pintanya hanya angan belaka. Sebab Dia hanya menjalani garis yang telah diberikannya.
Biarkan Dia duduk termenung sepi, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Biarkan Dia dengan sgala pemikirannya terbang melayang, karena hanya dengan cara itu Dia mampu melupakan debu itu. Bagi Dia debu itu yang telah mengubah apa yang dilihat dari sudut pandangnya.
“arrrghh”
“Biarkan aku sendiri “
“Jangan ganggu ,pergiii“
“Mengapa engkau masih saja terus disini?“
“Angin bawalah Debu pergi “
Dia terus saja sepeti ini. Bertanya tanpa menjawab. Dan setiap kali Dia ingin menjawab, Entah kenapa terus saja jawaban itu terus memudar. Jawaban yang tak kunjung datang membuat Dia tertegun sepi di sudut kamar tanpa pengharapan di atas pembaringan. Hanya melihat sekeliling kamarnya dengan tatapan kosong. Dengan ditemani pena Dia goreskan garis – garis tak tentu arah. Rangkaian kata sederhana terkadang begitu saja tertulis tanpa bisa terbaca. Lewat gelap malam Dia rasakan dingin di pipinya. Suara detikan jarum jam bagai musik yang mengiri ditengah kesendirian. Dia berharap lebih cepat pula matanya terpejam. Agar dalam bunga tidurnya, Dia bertemu sosok yang Dia rindukan, yang slalu menjadi inspirasinya lewat bahasa tubuh yang slalu Dia peragakan di kala waktu itu. Tutur bahasa yang mengalun membawa ketenangan. Semua hanya sebagian kenangan dibenaknya yang Dia sebut sebagai pelipur lara. Sedikit senyum terbaca di rona wajahnya, walau dalam lubuk hatinya Dia ingin terus berlari.
“ Gusti ..... kuatkan hambamu ini “
“ Hambamu ini masih saja teringan debu itu “
“ Biarkan hal itu pergi, Gusti “
“ Biarkan pelipur lara itu terus disini “
“ Datangkanlah “
“ Duh... Gusti “
Terus saja Dia berharap seperti itu setiap kali teringat debu itu. Ada saja hal kecil yang terus saja yang mengingatkannya walau sejenak Dia telah bisa melupakannya. Namun, tidak untuk pelipur laranya.
Kelam kelabu menyertai langkah Dia. Walau terang Dia masih bis merasakan malam. Walau seorang berkata, Dia masih saja memikirkannya. Walau tawa menemani Dia masih saja menangis dalam hati. Fikirnya Dia ingin berbagi, tapi angan itu, dan pada akhirnya pula Dia masih saja menyimpannya sendiri. Bukan tak mau berbagi, hanya tak ingin menjadi beban orang lain. Walau Dia rasa tak sanggup berdiri tegak. Dia hanya mencoba kuat untuk dirinya sendiri dan orang di sekelilingnya.
Dia ingin ada angin yang menyapu debu itu. “angin cepatlah datang dan bawa debu itu pergi“.
Hiasan langit tlah berganti sinar terang. Dengan titik – titik tak beraturan denagn sgala bentuk abstraknya. Terduduk di atas pembaringan, mencoba berkonsentrasi dengan materi di esok hari. Ibu datang menghampiri mencoba memecah keheningan. Ingin Dia sembunyika sgala kegundahan yang terasa, kebimbangan yang merasuk sukma. Namun, ketika melihat sorot matanya. Dia tak kuasa. Air matanya begitu saja turun. Seakan ada rasa yang tertekan dalam batin. Dia hanya bisa berpaling. Menyembunyikan. Tak lagi diperdulikannya materi, Dia hanya mencoba untuk berhenti menangis. “ cengeng “, desaknya. “ sabar ya Nok “, mencoba menguatkan putrinya. Belaian lembut jemari, gerak berbahasa. Tak ada penjelasan panjang lebar. Petuah ikhlas dan sabar masih mendengung di telinganya.
“ apa yang terjadi ya Allah “
“ kenapa semua begitu samar “
“ kenapa tanpa penjelasan“
“ mengapa tak seperti biasanya “
“ mengapa ada garis wajah yang berubah “
“ mengapa hanya sepi yang tampak ya Allah “
Pertanyaan itu akhirnya menguap. Tak ada rasa tuk menanyakan semuanya. Gamang.  Pikirnya jika Dia bertanya hanya akan memperkeruh saja. Sebelum keluar, Ibu hanya berpesan tuk fokus kepada pelajaran dan menjaga kesehatan.
            Mencoba meraih materi yang tadi tertinggal. Percuma saja. Sesekali Dia masih saja meneteskan air mata. Pasrah akan  nasib ulangannya besok pagi. Ia terlelap dalam isak tangisnya, menbiarkan bukunya disana – sini. Di saat seperti inilah Dia rindu kenangan – kenangan akan dirinya dulu. Ketika seorang inspirasinya masih disini. Memberi motivasi dan secerca harapan – harapan yang membumbung tinggi. Harapan yang tak luntur, mencoba meraih asa melangkah bersama meraih mimpi. Impian yang slalu ingin dituju. Inspiratornya yang slalu menuntun Dia. Walau inspiratornya tak tahu makna kehadirannya bagi Dia. Tapi, sudahlah semua itu kenangan – kenangan masa lalu. Masa PUTIH BIRU. Masa dalam pencarian.
            Mega merah menghiasi ufuk timur. Tanpa ragu menampakkan diri. Disambut tetarian dedaunan dan kicauan. Begitu menenangkan. Perasaannya sejanak tenang. Matanya masih sembab, tertinggal bekas. Malas masih mengikat. Terbesit keinginan untul meliburkan diri, tapi hari – hari berikutnya datang bukan untuk dihindari, tetapi untuk dilalui. Walau angin berhembus kencang, tohh, pada akhirnya akan kembali tenang. Ingin Dia seperti batu karang yang tetap kokoh berdiri walau tersapu ombak. Tak ingin Dia seperti pasir putih di tepian yang terbawa air.
            Melangkah kaki dengan semangat, walau dipaksakan. Dia menuju gedung gudang ilmu. Mencoba mengisi teka – teki tentang teori. Melakoni rencana Bapak Ibu Guru mengisi kotak – kotak denagn deret angka. Dia mencoba mengisi titik –titik mengandalkan memori yang masih tertinggal dan rumus pengarangan.
            Suara sirine datang mengakhiri. Diraihnya tas dan bergegas untuk pulang. Terik panas menyapa di siang hari. Air menjadi teman yang dibutuhkannya saat ini. Lewat tetesannya Dia berharap untuk melepas dahaga. Walau langkah sudah dipercepat tak kunjung juga Dia tiba. Barapnya Dia bisa melepas penat setiba di rumah. Belum selesai Dia berangan, getar handphone terasa. Diraihnya saku rok, nama Ibu yang terpanjang. Seakan sudah mengetahui isi pesan sebelum membacanya. Dan ternyata benar. Dia nanti akan merasa sepi lagi, ditinggal sendiri. Tak mampu menolak keadaan.  

"nggiih"


Hanya rangkaian kata itu yang terkirim di nomer Ibu. Pupus sudah harapan untuk bersama. Dengan segera pemikirannya bercabang – cabang. Namun, dengan sigap Dia potong cabang itu.
            Langkah kaki yang terayun lesu, berat untuk melangkah. Deru mesin dari robot besi, tawa canda teman sebaya, hijau kuning merah lampu menyala, deretan gedung. Yachh,,,,,,, itulah foto hasil lensa retina yang terekam sepanjang jalan aspal hitam.
            Rerumputan yang berdesak – desakan diterpa angin, berbisik dan menertawakannya. “ sssttt diam “, batinnya. Segera Dia lepaskan beban yang menyangkut di pundak. Menemukan dirinya sendiri. Terbaring Dia berselimut seragam. Dunia mimpi seakan menarik Dia untuk disinggahi. Berjalan Dia dalam bunga tidurnya, langkah kaki begitu saja terbawa alur. Sorot matanya terus saja mencari, tak tahu dimana untuk dapat ditemui.
            Sekali lagi, Dia menyadari akan suatu hal. Debu terus saja membuntuti. Dan debu masih saja tersimpan rapi. Satu hal ynag Dia sadari saat ini. Debu telah mengambil keeradaan orang – orang disekelilingnya. Dia sendiri tak tahu apa arti debu. Hanya yang etrambil yang mengetahui. Sedang dimanapun berada, kini, Dia nyatanya sendiri, mencari makna keberadaan debu. Berlari – lari dalam angan, hanya itu yang terlintas.
            Terus saja Dia menjalani seperti ini. Bukan untuk bebrapa menit, minggu – minggu, bulan – bulan dengan lapang dada menerima kehadirannya. Debu masih dalam tak berarti. Tak ada kamus yang seperti diingi. Bukan berarti tak ada yang tepat untuk mewakili. Tetapi belum bisa dicari untuk ditemui.
            Angin segar juga tak kunjung menyapa debu, mengajak debu. Debu juga tak tahu apa dirinya akan meninggalkan Dia sendiri. Apa debu masih  betah disini ? hanya Sang Ilahi ynag mampu menjawabnya.
Harapa – harapan terus saja berdatangan. Doa – doa tak berhenti mengalir. Debu dan kesendirian tetap betah menemani. Angin pun tak kunjung singgah untuk bertamu. Memori – memori silih berganti menyapa. Candatawa itulah bumbu. Asam, manis, pahit itulah kehidupan.

Dan inilah perjalanan.



Selasa, 22 November 2011

a friend

a friend is someone who knows the song in your heart and sing it back when you have forgotten the words..
:D

Tinggalkan..

Bersama hujan,
Iringi langkah,
Menghapus tapak,

Takkan kembali,
Biarkan melayang,
Hapuslah angan,
Biarkan berlalu,

Bersama irama,
Irama  jiwa,

Alunan syahdu,
Kan pergi,
Bersama bebarengan,
Menghapus kelam,

Nantinya,
Berharap,
Dikemudian,
Kan tercipta,
Harmoni mewangi,
Hapus lentera,
Kelam kelabu,

;;